Profil Organisasi

Pelajar Islam Indonesia adalah Organisasi Pelajar Islam tertua di Indonesia yang masih eksis dan berdiri hingga hari ini. PII berdiri pada tanggal 4 Mei 1947 di Jogjakarta oleh seorang pemuda bernama Yoesdi Ghozali. PII merupakan organisasi yang fokus kepada dua hal yaitu pendidikan dan kebudayaan sebagaimana  tujuan PII yaitu ” Kesempurnaan pendidikan dan Kebudayaan yang sesuai Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan  umat manusia” (BAB III pasal  AD).  Sebagai organsisasi pelajar tertua PII sudah banyak melahirkan pra pemimpin bangsa Indonesia, sebut saja Jusuf kalla, muhadjir efendy, sutrisno bachir, Tanri abeng dsb.

PII tersebar di 27 provinsi di Indonesia dari mulai aceh hingga papua, dan juga sudah ada di ratusan kota atau kabupaten di seluruh Indonesia. Selain di Indonesia PII juga membuka perwakilan PII di luar negeri seperti di mesir, turki, jordan, malaysia dsb. PII juga memiliki kegiatan yang beraneka ragam, mulai dari training, kursus, ta’lim yang semuanya dimaksudkan untuk menambah pengetahuan baik yang sifatnya umum maupun keagamaan, skill, pengalaman  seluruh kader-kadernya.

PII memiliki slogan “Tandang ke gelanggang walau seorang” yang artinya seorang kader PII tidak akan takut untuk berdakwah meskipun ia hanya sendiri karena baginya cukuplah Allah sebagai teman dalam berjuang yang akan menemaninya kemanapun ia pergi. Slogan ini lah yang menjadi spirit bagi seluruh kader PII dalam bergerak dan berdakwah

PII memiliki Tri komitmen yang terdiri dari :

1. Komitmen ke-pelajaran

Bagi Pelajar Islam Indonesia (PII), pilihan terhadap dunia pelajar sebagai segmen sosial yang diprioritaskan dalam melakukan pembinaan tak lepas dari makna strategis pelajar. Petama, pelajar merupakan representasi dari lapisan sosial yang berjumlah massa sangat besar. Oleh karena jumlahnya yang begitu besar, keberadaan pelajar harus menjadi realitas yang diperhitungkan dalam pengambilan kebijakan sosial (public policy making) dibidang-bidang terkait. Kedua, pelajar merupakan gambaran dari generasi pemimpin umat dan bangsa pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, keyakinan terhadap adanya keniscayaan alih generasi pada masa yang akan datang akan selalu melibatkan pelajar sebagai salah satu komponen terpenting di dalamnya.
Dengan demikian, pelajar pada hakekatnya adalah sebuah konsep yang tidak saja bermakna secara sosial, tetapi juga berkonotasi politis. Pelajar menunjuk sebuah entitas yang eksistensinya terkait dengan proses belajar dan masuk dalam daur dunia pendidikan. Secara politis, keberadaanya mewakili komunitas yang terdidik dan relatif berperadaban. Sehingga, keberperanannya dalam proses perubahan menjadi sebuah keniscayaan; sebagaimana peran kaum intelektual, cerdik pandai dan cendekia.

2. Komitmen ke-Islaman

Islam, bagi Pelajar Islam Indonesia (PII), merupakan nilai-nilai fundamental (fundamental values) yang membangun organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Dengan demikian, segala bentuk gerak, langkah yang diambil dan semua unsur-unsur organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) harus disusun serta dilaksanakan dalam perspektif Islam. Partisipasi Pelajar Islam Indonesia (PII) untuk turut terlibat membentuk peradaban manusia melalui gerakan dakwah, pendidikan dan kebudayaan, pun tak lepas dari kerangka ini.

3. Komitmen ke-Indonesiaan

“Indonesia sebagai Bangsa, daerah teritori dan negara sebagai satu kesatuan wilayah dakwah”.
Realitas sejarah, dimana Indonesia telah menjadi salah satu tumpuan para penyebar agama Islam pada masa itu, tak terbantahkan. Wilayah-wilayah di Indonesia telah menjadi aktualisasi Islam. Komitmen terhadap kenyataan sejarah ini, penting dilakukan dengan pemaknaan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah yang integral dengan aktualisasi Islam, sehingga Islam mendapatkan pengaruh terbesar dibandingkan dengan agama-agama lainnya di Indonesia, sampai sekarang ini.
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang diikat dalam satu paham kebangsaan. Pluralitas suku itu membawa pengaruh terhadap pluralitas budaya, adat, serta agama dan kepercayaan yang dianut. Islam –sebagai agama dengan pemeluk mayoritas, paling banyak memberikan kontribusi dalam perikatan berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia itu dalam satu ikatan keagamaan. Jumlah penduduk muslim saat itu yang berjumlah 80%, sudah pasti umat Islam adalah umat mayoritas yang membentuk Bangsa Indonesia ini.

Selaian memiliki Tri komitmen diatas PII juga memiliki profil kader ideal yang terdiri dari :

  1. Muslim : memiliki sikap ketundukan hanya kepada Allah saja dalam arti konsepsi dan cara pandang, sikap dan aktualisasi berada dalam garis bimbingan dan rido Allah.
  2. Cendikia : dalam arti upaya meneladani sifat fathanah nabi, sehingga memiliki wawasan dan antisipasi yang luas serta kerangka metodologi yang kuat sehingga dapat menangkap dan memahami keberanian, mengkonseptualisasi dan mengaktualisasikannya secara komprehensif. Cendekia juga berarti kader Pelajar Islam Indonesia (PII) akan mampu memahami Islam dan berbagai hal dengan kreatif dan dinamis.
  3. Pemimpin : berarti memiliki sikap dan kemampuan sebagai seorang pemimpin yang berani dan bertanggung jawab, yang mampu mengambil keputusan secara tepat dan mengelola potensi lingkungannya menjadi sesuatu yang bernilai dalam aktualisasi kekhalifahannya

Pelajar Islam Indonesia (PII) sebagai organisasi mempunyai fungsi dan kemanfaatan bagi kader-kadernya dalam beraktifitas dan beraktualisasi di dalamnya. Fungsi dan kemanfaatan tersebut dikenal dengan Catur Bakti Pelajar Islam Indonesia (PII) yang meliputi: Pelajar Islam Indonesia (PII) sebagai tempat berlatih, wahana penghantar sukses studi, wadah pembentukan pribadi muslim, dan alat perjuangan.

  1. PII sebagai tempat berlatih : Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan tempat dimana para kadernya mengembangkan potensi diri sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Potensi kepemimpinan, kesenian dan kebudayaan kader-kader Pelajar Islam Indonesia (PII) diwadahi dan dikembangkan melalui berbagai program.
  2. PII sebagai wahana penghantar sukses studi : Sebagai organisasi pelajar, kader dan anggota Pelajar Islam Indonesia (PII) berstatus pelajar formal yang masih studi pada sekolah-sekolah lanjutan, menengah maupun perguruan tinggi serta pelajar-pelajar yang belajar secara informal. Persinggungan Pelajar Islam Indonesia (PII) dengan lembaga-lembaga pendidikan formal (sekolah) mengharuskan Pelajar Islam Indonesia (PII) tidak boleh abai terhadap kesuksesan studi seseorang
  3. PII sebagai Wadah pembentukan pribadi muslim : Pelajar Islam Indonesia (PII) harus mampu menjadi wadah pembinaan dan pembentukan kepribadian muslim pada setiap kader dan anggotanya. Terlebih pada era globalisasi sekarang ini yang kuat berpengaruh terhadap lunturnya nilai-nilai agama pada kehidupan generasi muda
  4. PII sebagai alat perjuangan : Pelajar Islam Indonesia (PII) hadir sebagai alat untuk memperjuangkan tercapainya kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan sebagai misi, dengan menjadikan pelajar sebagai subyek gerakan, yang didasarkan pada keyakinan atas kebenaran nilai-nilai Islam sebagai pegangan, dan Indonesia sebagai pilihan wilayah dakwah.